Monday, January 12, 2009

Lebih dari 2 Triliun Ton Es Kutub Mencair


LEBIH dari dua triliun ton es di Kutub Utara dan Kutub Selatan mencair sejak tahun 2003. Hasil pengukuran menggunakan data pengamatan satelit GRACE milik NASA itu menunjukkan bukti terbaru dampak dari pemanasan global.

"Antara Greenland, Antartika, dan Alaska, pencairan lapisan es telah meningkatkan air laut setinggi seperlima inci dalam lima tahun terakhir," kata Scott Luthcke, geofisikawan NASA.

Dari pengukuran tersebut, lebih dari setengahnya adalah es yang sebelumnya ada di Greenland. Selama lima tahun, es yang mencair dari Greenland tersebut mengalir ke Teluk Chesapeake dan mengalir ke laut lepas. Bahkan menurut Luthcke, pencairan es di Greenland akan berlangsung semakin cepat.

Mencairnya es di daratan sebenarnya tak berpengaruh langsung terhadap kenaikan muka air laut di seluruh dunia seperti mencairnya lautan beku. Pada tahun 1990-an, pencairan es di Greenland tidak menyebabkan peningkatan air laut yang berarti.

"Namun, saat ini Greenland turut meningkatkan setengah milimeter tingkat air laut per tahun," kata ilmuwan es NASA Jay Zwally. “Pencairan terus memburuk. Ini menunjukkan tanda yang kuat dari pencairan dan amplifikasi. Tidak ada perbaikan yang terjadi,” lanjut Zwally.

Para ilmuwan NASA mempresentasikan temuan baru mereka pada konferensi American Geophysical Union di San Fransisco minggu lalu. Dengan menganalisis perubahan iklim, secara umum para ilmuwan akan melihat yang terjadi beberapa tahun untuk menentukan tren secara keseluruhan.

Sumber : LIVESCIENCE

Thursday, August 14, 2008

Beberapa Souvenir dari Negeri Formosa

Teddy Bear.
Tampaknya semua orang sudah tidak asing lagi dengan nama ini. Bagaimana tidak? Boneka berbentuk beruang ini biasanya adalah mainan kesayangan untuk anak-anak kecil, khususnya anak-anak perempuan. Mereka senang memainkannya karena Teddy Bear biasanya lucu, imut, dan bulunya yang lembut membuat anak-anak senang menggendongnya kesana-kemari.
Tapi bagaimana dengan Teddy Bear Hospital? Apakah anda familiar dengan istilah ini?
Beberapa pihak mungkin sudah paham dengan Teddy Bear Hospital, namun bagi yang belum paham, saya akan berbagi sedikit cerita dari The 6th Asia Pasific Regional Meeting IFMSA di forum ini. ^^

Teddy Bear Hospital adalah suatu program yang cukup populer di kalangan SCOPH IFMSA. Program ini memiliki kegiatan di mana para mahasiswa kedokteran berkunjung atau mengundang anak-anak usia 5-10 tahun ke dalam sebuah “rumah sakit Teddy Bear” tempat para mahasiswa kedokteran tersebut berpura-pura bekerja menjadi dokter. Nah, dokter-dokter ini lah yang akan bertemu langsung dengan anak-anak tersebut yang berpura-pura menjadi orang tua dari Teddy Bear mereka yang sakit.
Jadi, anak-anak tersebut nantinya akan memeriksakan Teddy Bear mereka kepada dokter dan menceritakan keluhan Teddy Bear (atau boneka lainnya, tidak harus benar-benar Teddy Bear) yang mereka miliki. Sementara itu dokter akan berusaha memahami apa yang dikeluhkan para “orang tua” dan akan berusaha “menyembuhkan” Teddy Bear mereka dengan segenap kemampuan yang dimiliki dokter.

Program ini sangat baik untuk melatih komunikasi para calon dokter dalam menghadapi anak-anak, dan sangat baik bagi mereka yang kelak ingin menjadi dokter spesialis anak. Selain itu tujuan dari program ini adalah untuk membangun jembatan komunikasi antara dokter dengan anak-anak, supaya anak-anak tidak lagi takut pergi ke dokter karena melalui program ini mahasiswa memiliki kesempatan untuk membangun image dokter yang ramah, bersahabat, dan suka menolong. Kegiatannya pun dapat dikemas dalam berbagai bentuk seperti berbagai permainan-permainan unik, menari bersama, dan lain sebagainya.

Harn’s Score.
Apa yang ada di benak anda saat mendengar istilah ini?
Harn’s Score bukanlah suatu skor game atau skor-skor lainnya, Harn’s Score adalah suatu skor diagnostik untuk penderita yang dicurigai sebagai penderita DBD.

dr. Ming-Rong Harn, pemimpin Rumah Sakit Tsu-Yuan, Peikang-Taiwan, adalah pencipta Skor Harn ini. Beliau adalah dokter pertama yang menemukan pasien Demam Berdarah di Taiwan pada tanggal 1 Desember 1987 setelah sebelumnya penyakit ini berhasil ditekan dan tidak ditemukan lagi dari Taiwan sejak tahun 1945. Dalam Fieldwork time sesi 1 APRM 2008 kemarin, beliau menceritakan bahwa pada tahun 1987-1988 Outbreak besar terjadi di sepanjang Taiwan bagian selatan dan membuat gempar penduduk setempat. Outbreak ini berasal dari turis yang baru datang dari daerah endemis DBD. Setelah tahun-tahun tersebut DBD tidak pernah hilang lagi dari Taiwan, dan terkadang terjadi outbreak besar yang cukup meresahkan masyarakat. Selama masa-masa tersebut, banyak sekali kasus suspek pasien DBD dilaporkan oleh klinisi yang belum tentu benar-benar pasien DBD sehingga tidak jarang terjadi tindak lanjut yang sia-sia dan kurang efektif dilakukan padahal masih banyak pasien DBD yang membutuhkan tindak lanjut tersebut.

Untuk mengurangi beban kerja petugas kesehatan, dr. Harn mendesain sendiri Tabel Skor Harn untuk membantu petugas kesehatan dalam membuat keputusan tindak lanjut apakah yang tepat bagi pasien tersebut atau keputusan perlu/tidaknya melakukan fogging. Tabel Skor Harn tersebut adalah sebagai berikut (untuk melihat lebih jelas, silakan klik tabel2 tersebut):




Hasil skor tersebut yaitu :


Pertanyaan-pertanyaan saya melalui email seperti dapatkah skor tersebut digunakan di Indonesia masih menunggu jawaban dr. Harn sampai sekarang.

Ovitrap
Kata Ovitrap berasal dari 2 kata yaitu : Ova + Trap menjadi = Ovitrap
Dilihat dari asal katanya yaitu telur dan perangkap, ovitrap memang merupakan sebuah metode yang diterapkan di Taiwan (dan sebenarnya memang bukan metode yang baru di Indonesia) sebagai salah satu bentuk surveillance untuk mengetahui distribusi dan kepadatan vektor nyamuk Aedes Sp dengan gelas/wadah yang dicat hitam (mosquito likes such kind of wavelength) yang berfungsi sebagai perangkap telur dan larva dari nyamuk tersebut.

Bagaimana bisa?

Caranya sebenarnya sederhana, dr. Ju-hsin Chen, pembicara Fieldwork time sesi 2 dari Center for Disease Control (CDC) Taiwan menjelaskan kepada saya melalui email, dalam ovitrap tersebut telah diisi oleh air bersih yang sangat disenangi oleh nyamuk Aedes Sp sebagai tempat untuk menaruh telur-telurnya. Namun dalam ovitrap tersebut juga diberikan zat yaitu pyrethrin (beberapa negara seperti Brasil menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis/BTI) yang mempunyai patogenisitas tinggi terhadap jentik nyamuk sehingga akan membunuh larva-larva dari telur yang menetas tersebut.
Kemudian setiap akhir minggu setelah mereka meletakkan ovitrap tersebut di sekitar rumah mereka, mereka mengeceknya kembali secara teratur untuk melihat apakah ada jentik-jentik larva dalam gelas tersebut. Metode ini berhasil mengumpulkan telur dan larva Aedes sp sebanyak 4.510.000 pada tahun 2004 di Taiwan. Wow.. jumlah yang fantastis..

Kini telah ada ovitrap generasi kedua yang disebut dengan “sticky ovitrap” di Taiwan. Sesuai dengan namanya, gelas ini pada dindingnya telah diberi semacam zat pelengket sehingga tidak lagi berfungsi hanya sebagai perangkap telur dan larva, tetapi juga nyamuk betina dewasa yang hendak meletakkan telur-telurnya dalam gelas tersebut.

Global Warming Campaign
Banyak sekali ide-ide baru bermunculan selama APRM 2008 dalam mengkampanyekan Stop Global Warming yang dapat dilakukan oleh kita sebagai MAHASISWA, misalnya :

* 3 R : Reduce, Reuse, Recycle.
Slogan ini berasal dari Thailand yang mengkampanyekan pengurangan penggunaan alat-alat yang tidak perlu, penggunaan kembali barang-barang yang masih dapat digunakan sehingga tidak meningkatkan produksi barang-barang tersebut (khususnya barang-barang yang tidak ramah lingkungan atau berasal dari pepohonan), dan daur ulang barang-barang anda sehingga tidak meningkatkan produksi sampah rumah tangga.

* Green Campus : yaitu usulan untuk membawa satu bibit pohon/tanaman bunga oleh setiap mahasiswa untuk dirawat di kampus agar selain berfungsi menghijaukan kampus juga memperindah lingkungan kampus meski pada beberapa sisi ide ini terhambat pada hal-hal seperti masalah dana dan sumber daya pemeliharaan (namun siapa tahu ide ini dapat diaplikasikan di lingkungan kampus anda?)

* No Plastic Day : yaitu usulan menentukan suatu hari tertentu di mana dalam hari tersebut kita dihimbau untuk tidak menggunakan benda-benda apapun yang berasal dari plastik. Karena seperti kita tahu, plastik tidak dapat diuraikan secara alami dan tidak ramah terhadap lingkungan. Dan tentu saja himbauan ini tidak dibatasi waktu selama satu hari saja, tetapi kita dapat melakukannya kapanpun dan di mana pun oleh siapapun

* Car- Free Day : yaitu usulan untuk tidak menggunakan kendaraan bermotor pribadi baik mobil atau sepeda motor (jadi kendaraan transportasi umum seperti angkutan kota atau bus umum atau non kendaraan bermotor seperti sepeda, dll boleh-boleh saja) ke kampus, yang diberlakukan tidak hanya untuk mahasiswa, tetapi juga bila perlu untuk dosen pengajar. Hal ini dilakukan sebagai salah satu bentuk upaya mengurangi polusi udara yang dapat membuat lapisan ozon pelindung kita semakin tipis.
Dan tentunya masih banyak sekali ide-ide lain yang bahkan anda sendiri dapat menciptakannya.

Global warming bukanlah sebuah permasalahan sepele, perubahan cuaca yang berpengaruh terhadap durasi perkembangbiakan plasmodium, memperpanjang masa hidup vektor misalnya nyamuk, memperluas wilayah yang beresiko terkena penyakit-penyakit infeksius seperti DBD dan malaria, bahkan berkaitan dengan resistensi obat malaria (masih perlu penelitian selanjutnya) seperti di Solomon Island seperti yang diungkapkan oleh dr. Hugo Bugoro dalam sesi Workshop APRM, dan masih banyak lagi dampak global warming lainnya yang harus kita perhatikan mulai dari sekarang.
Peningkatan kasus Malaria sebanyak 5 kali lipat lebih banyak di beberapa wilayah tertentu dunia, bahkan kasus malaria di pegunungan wilayah Papua yang sebelumnya nyamuk tidak dapat hidup di daerah tersebut karena temperatur yang rendah adalah fakta yang mengejutkan. Sepertiga penduduk dunia tinggal dalam kawasan yang memiliki iklim yang sesuai untuk transmisi dengue. Pada tahun 2080, diperkirakan akan bertambah 2 milliar orang yang tinggal dalam wilayah transmisi dengue karena adanya perubahan iklim dan juga peningkatan population at risk untuk malaria di afrika sebanyak 90 juta orang pada tahun 2030 (Lancet, 2002; Protecting Health from Climate Change, WHO, 2008)

Mari kita sadari bersama perubahan situasi dunia ini dari sekarang sebelum terlambat.

Semoga informasi-informasi ini menambah wawasan Anda, dan jangan hanya duduk manis dan membaca, aplikasikanlah dalam lingkungan anda.

Think Globally, Act Locally.

STOP GLOBAL WARMING, SELAMATKAN BUMI KITA!



Warmest Regards,
Yosefin R
SSC ISMKI Wilayah 3
Staff Eksterna BEM FK UNSOED
My other Blog : http://capellazone.blogspot.com